Keluarga kaum Syiah korban tewas akibat dua ledakan terjadi Kamis lalu menolak menguburkan jenazah keluarga mereka.
Pihak keluarga menyatakan mereka bersumpah akan terus memprotes di lokasi kejadian sampai pihak keamanan mengambil alih situasi.
Pejabat senior pemerintah Hashim Ghilzai mengatakan ratusan pengunjuk rasa dan keluarga korban berkumpul di jalan utama dekat tempat biliar yang dibom itu. Lebih dari 60 peti jenazah juga berada dekat lokasi, seperti dilansir situs asiaone.com, Sabtu (12/1).
Penolakan menguburkan jenazah itu merupakan bentuk kemarahan keluarga. Mereka mendesak pemerintah untuk menugaskan pasukan tentara mengambil alih keamanan kota. "Institusi pemerintah telah gagal mengamankan situasi. Tak ada keamanan lagi bagi warga yang tinggal di Quetta," ujar pejabat partai Syiah setempat, Hashim Mausawi.
Dua ledakan bom di sebuah tempat biliar di Kota Quetta Kamis lalu menewaskan total 115 orang. Bom itu menghancurkan gedung di sekitar tempat biliar termasuk rumah, pertokoan dan perkantoran.
"Kami takkan menghentikan protes sampai tentara Pakistan menjamin akan mengambil alih kemanan kota," kata Mausawi.
Kelompok radikal Islam Sunni akhir-akhir ini sering menyerang kelompok minoritas Syiah. Laskar-e-Jhangvi, kelompok militan Sunni yang punya hubungan kuat dengan Taliban, mengaku bertanggung jawab atas serangan bom itu.
Tempat biliar itu terletak di daerah kelompok minoritas Syiah. Ledakan itu juga melukai 120 lainnya. Korban tewas termasuk petugas polisi, wartawan, dan petugas rumah sakit yang datang ketika ledakan pertama terjadi.
Posting Komentar